Setelah terpuaskan dengan Racknerd, petualangan VPS saya berlanjut ke provider lain, yaitu HostHatch, yang saya temukan saat menelusuri berbagai review di internet.
Singkat cerita, saya tergiur oleh review VPS dari HostHatch yang saya lihat di YouTube dan sejumlah blog.
Dengan harga 4 USD, atau sekitar 60 ribuan per bulannya, VPS dengan performa gahar—kalau dibandingkan VPS Racknerd yang saya ulas sebelumnya—ini jelas sangat worth it.
Paket yang saya pilih memiliki RAM sebesar 2 GB DDR4, merupakan paket paling terjangkau yang disediakan HostHatch.
Dapur pacu VPS ini menggunakan AMD EPYC 7763 dengan 1 Core CPU. Sementara itu, bandwidth yang diberikan sebesar 1 TB.
Yang saya suka dari VPS ini, selain menggunakan NVME, ialah port jaringannya yang berkecepatan 10 GBps.
Walau penyimpanannya sangat kecil, cuma 10 GB, tapi saya tidak pikir panjang dan langsung mencobanya selama satu bulan.
Hasilnya? Tentu sangat memuaskan, setidaknya menurut saya yang notabene menganut paham mendang-mending.

Dengan torehan angka benchmark yang dihasilkan, kinerja VPS ini benar-benar membuat saya melupakan Racknerd.
Dari kecepatan internet sampai I/O Speed-nya, ini sangat jomplang dengan VPS Racknerd kepunyaan saya sebelumnya.
Tak butuh waktu lama setelahnya, saya sempat ‘memindahkan rumah’ blog ini ke VPS HostHatch.
Dan sejak saat itu, saya benar-benar terobsesi menggunakan VPS murah dengan performa tinggi. (Jangan ditiru, nanti boros).
Lohhh, Kok???
Di tengah pemakaian selama satu bulan, saya berubah pikiran. Dari yang awalnya ingin melanjutkan pembayarannya tiap bulan, saya kembali mengurungkan niat itu.
Alasan sekaligus pertanyaan utamanya adalah: BUAT APA?
Buat apa saya mengeluarkan uang sebesar Rp60 ribu untuk membeli layanan yang sebetulnya tidak saya butuhkan? Hal bodoh apa lagi yang baru saja saya lakukan?
Asal teman-teman tahu, saya bahkan tidak memiliki website yang aktif diurus. Jadi, shared hosting yang paling murah sekalipun sebenarnya sangatlah cukup.
Tapi saya kekeuh untuk menganggap kalau ini ada manfaatnya, salah satunya untuk belajar. Dan ya, akhirnya saya bisa mereviu kinerjanya. Di sini. Di blog kecil ini.
Karena plin-plan, saya tidak memperpanjang layanan VPS HostHatch ini, dan saya meratapi nasib dengan pulang kembali ke rumah saya sebelumnya, yakni Racknerd.
Masih dengan ketidakstabilan nafsu saya terhadap VPS murah, singkatnya saya kembali berlangganan HostHatch dan kembali ke Racknerd sebulan setelahnya.
Tapi, hikmahnya adalah saya bisa bergonta-ganti VPS untuk bisa “diceritakan” kepada orang-orang yang mungkin butuh review VPS murah. #Denial
Setidaknya, setiap uang yang saya buang demi memuaskan rasa impulsif juga bisa ada hasilnya. Walaupun ala kadarnya.
Jadi, Gimana Kualitasnya?
Karena terlalu banyak ngelantur, substansi review kali ini malah jadi ke mana-mana, hehehe. Anyway, VPS ini sangat tangguh di harga 60 ribuan, terlebih jika teman-teman membandingkannya dengan sejumlah produk VPS lokal. Tapi, itu menurut saya. Sekali lagi, saya adalah kaum mendang-mending.
Pikir saya, dengan harga tersebut, ketika saya memilih produk lokal, memang ada beberapa yang menurut saya bagus, tapi NVME dan port jaringan 10 GBps yang ada di HostHatch benar-benar sulit dilawan.
Bagi sebagian orang, mungkin penyimpanannya yang hanya 10 GB akan jadi masalah. Jadi, pastikan teman-teman tahu betul seperti apa kebutuhannya, ya!
Sekian reviu tidak jelas dari saya, terima kasih~